Mendayu sendu
Ia lambaikan tangannya sayu
Pada setiap ingatan yang membuatnya syahdu

Ingatan,
Toh mereka tak tahu perahu kertas yang dulu suka ia bawa
membawa kenangan yang tak pernah sanggup mengalir
kelaut tempat perahu itu bermuara

anak kecil memainkan perahu kertas
tak sadar kertas itu mencatat kenangan dibawah hujan
tak apa, tak apa
pemilik kenangan itu memang ingin mengalirkannya


walaupun ia tau
ia tak bisa.

TAHUN 1. MENJADI REPORTER

Momentum. Besaran fisika? Bukan. Momentum yang saya maksud disini adalah lembaga pers mahasiswa fakultas teknik Universitas Diponegoro. Lembaga yang baru berdiri sekitar 5 tahun yang lalu, dan baru diresmikan menjadi biro sekitar 2 tahun yang lalu.
Bagi orang-orang, Momentum ini tak lebih dari sekedar Lembaga Pers yang bernaung dibawah fakultas teknik, yang tugasnya memberikan informasi seputar fakultas teknik. Tapi buat saya, Momentum jauh lebih dari itu.

Saya bergabung di Momentum pada Maret 2013. Saat itu Momentum baru berdiri sekitar 2 tahun. Belum menjadi biro, masih merupakan sebuah proker dari departemen NIC BEM FT. Saat itu saya terpilih menjadi salah seorang dari 9 reporter angkatan baru.

Dulu angkatan saya diketuai oleh mas Arena Bayu, dengan pimpinan redaksi mas Nuardi, Redaktur pelaksana mas Wahyu, dan Pimpinan perusahaan Mas Jati, dan Mas Mail, editor jahat (Editor paling tega merubah2 bahasa di artikel, jadi suka bikin ngerasa kalau tulisan kita not good enough-- wakakak). Mereka yang paling mempengaruhi saya dalam berpikir kritis, kadang cenderung ke sarkas, haha. Tapi mereka hebat, karena mereka, saya benar-benar merasakan bagaimana rasanya organisasi rasa keluarga. Kami, sering sekali kumpul diluar jam rapat. Masak bersama, jalan-jalan, nonton drama korea (Mas Jati only), dan berdiskusi ala-ala.

Dari Momentum ini, saya akhirnya mengenal Ririn, Jasman, Naula, Nisa, Vina, Audy, Maul orang-orang yang seangkatan Momentum dengan saya. Jasman awalnya ilang-ilangan, Nisa--karena beda departemen, dulu saya kira ia senior, Naula--reporter paling berisik, dan Ririn--partner liputan paling juara, Audy--layouter paling unyu.

Dulu, saya dan Ririn sering sekali dijodohkan dalam hal meliput (kenapa bahasanya jadi dijodohkan sih -_-). Dan tugas pertama liputan saya adalah meliput sebuah acara (yang saya lupa acara apa) di Aula Teknik Sipil. Nervous! Saya harus mewawancarai ketua acara, peserta dan pembicara sekaligus. Bagi saya saat itu yang baru beberapa bulan dilantik, itu bukan hal yang gampang.

Lalu, saya pernah tiba-tiba di SMS Mas Wahyu untuk ngeliput pertandingan futsal. Pertandingan futsal, dimana saya saat itu bahkan nggak tahu sama sekali tentang bola, aturannya, nama-nama semacam offside dll, dan saya mau tidak mau harus belajar dulu sebelum meliput. Untung saat itu ada Ririn yang sedikit banyak tahu tentang bola. Paling tidak saya tidak terlihat bego-bego amat saat mewawancarai narasumber.

Pernah juga saya liputan tentang air terjun tembalang yang terletak di daerah Bulusan. Bahkan selama 4 tahun di Semarang, saya yakin masih banyak yang belum tahu tentang air terjun ini. Lalu saya dan Ririn (lagi) pernah juga mendapat tugas istimewa meliput debat calon Gubernur Jateng yang saat itu dilaksanakan di gedung Prof.Sudharto. Sepertinya saya dan Ririn adalah reporter ter-amatir yang mendapat rejeki nomplok untuk meliput acara sebesar itu.

Dari semua liputan, liputan yang paling berkesan jelas saat meliput acara BEM FT, saat itu proker pengmas di daerah Sigarpencah (bener gak tulisannya?), BEM mengadakan acara Pengmas berupa kerjasama antara pemerintah desa dan Undip untuk membangun saluran air bersih. Mungkin banyak yang tidak menyangka, di Semarang masih ada desa yang sangat terpencil dan kesulitan air bersih. Saya dan Ririn kesana naik motor nyaris berkali-kali jatuh karena jalanan yang masih berupa tanah dan becek. Belum lagi akses listrik msih terbatas. Masih ada beberapa RT yang belum memiliki aliran listrik sendiri.

Banyak sekali suka-duka menjadi reporter, di PHP narasumber, jam karet acara, belum lagi kalau mendapat jatah narasumber yang super sibuk, atau-- mendapat jatah artikel yang sedikit menyinggung birokrasi,, wah.. sudah dipastikan, dekan saja mungkin akan ogah-ogahan menjawabnya. *hehe.

Jadi reporter itu, sudah kebal di PHP. Tapi reporter yang baik tak akan menyerah begitu saja dong ya! HAHA. Dari mulai menuruti 'permintaan' narasumber untuk menghapus beberapa bagian dari jawabannya di artikel yang akan ditulis, cari narasumber lain yang kompetensinya sama dengan narasumber utama, atau bertindak professional dalam merahasiakan narasumber sesuai permintaan. Bahkan mungkin ada beberapa artikel yang narasumbernya hanya diketahui oleh si reporter yang mewawancarai, reporter lain (yang sama-sama dari Momentum) tetap tidak tahu. Kode etik jurnalistik! Wkwk.

Momentum termasuk anak baru yang berani mati. Kami pernah mengangkat isu parkiran GKB yang masih berbayar, isu kaderisasi yang panas, isu UKT dan posisi UNDIP, isu GKB yang sudah renta, sampai ke isu peng-anaktiri-an D3 saat itu. Jasman bahkan pernah berkali-kali revisi layout poster tentang kaderisasi demi melindungi status mahasiswanya yang saat itu masih seumur jagung, hahah!

Enaknya, sebagai reporter, kami sering bisa masuk konser gratis! Tinggal tunjukkin aja kartu pers,
"Mau ngeliput mbak/mas, dari persma,", Lalu tiba-tiba kami sudah asyik menonton konser, bonus wawancara bintang tamu dan ketua panitia. Untung-untung dapet jatah wawancara panitia yang cakep sikit.  Mulai dari Archquake, Steril, Infest, MechStok sampai ke acara konser atau lomba-lomba PSMT dan PSM Undip. HAHAHA. Jangan salah sangka dulu, kita memang benar-benar meliput acara tersebut kok J

Lucu kali ya, kalau cinlok sama narasumber~~

LHO KOK JADI BAHAS REPORTER :")

Iya, soalnya tahun pertama saya di Momentum ya jadi reporter. Part 1 ini memang khusus untuk cerita suka-duka saya di tahun pertama menjadi reporter.

Bonus foto-foto jaman doeloe~~~







Halo. Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis di blog ya. Hehe. Sebagian besar tulisan fragmen/sajak singkat, saya tulis di tumblr. Rencananya sih di blog untuk tulisan yang agak panjang dan berisi informasi-informasi yang insya Allah berguna :))

Kali ini saya akan menulis tentang perjalanan saya dan ketiga teman saya ke Singapura (3 hari) dan Malaysia (2 hari). Budget total termasuk tiket PP hanya 1,9 juta rupiah. Itu kami masih bisa makan dan beli oleh-oleh kok haha.

Saya akan membagi tulisan ini menjadi 3 bagian  :) Bagian 1 adalah bagian perencanaan perjalanan awal kami, bagian 2 adalah rinciang biaya yang kami keluarkan, bagian ke 3 adalah keseruan perjalanan 5 hari kami. Check it out!

1. Merencanakan Perjalanan.
Siang itu, atau mungkin sore itu, Saya dan Jasman kebetulan lagi bolos KKN karena harus KRSan di Semarang. Itu sekitar akhir Januari. Seperti biasa, saya, Jasman dan Nisa kumpul. Rencananya cuma sekedar makan. Ternyata oh ternyata, seseorang yang entah siapa tiba-tiba menyeletuk, "Main yuk lah, jangan cuma wacana hoax,". Awalnya cuma berencana ke Karimunjawa, lalu, entah siapa lagi tiba-tiba mencetuskan ide gila ini, "Alah, daripada Karimunjawa, mending langsung ke pulau negara tetangga,", yang saya yakin oknum tersebut berkata dengan wajah tanpa dosa. dan............ Kami langsung mencari tiket pesawat. Entah sudah takdir atau bagaimana, kami mendapat tiket pesawat Jakarta-Singapura Rp 270.000,-! Namun, kami baru bisa membeli tiket itu sekitar 3 minggu kemudian, karena, yah... mahasiswa. Harus ngumpulin uang dulu :")

Gilanya lagi, Naula, oknum iv, langsung ngeiyain dengan nada sombongnya waktu diajakin... lewat telepon, tanpa nanya budget, tujuan, nginep dimana. Saya ingat waktu itu saya cuma bilang lewat telepon, "Nau, ke Singapura yuk," dan dia menjawab dengan nada aslelole, "Kapan?,", "Sekarang, ini lagi cari tiket,", "Oh iya? Yaudah yuk," huft, Sudahlah. Kumpulan orang gila memang begini adanya.


nb. saat itu posisi kami benar-benar TIDAK PUNYA uang.

Hikmah : Jadilah anak muda yang suka menantang diri sendiri.
Tips : Suka tantangan tapi tetep realistis dan punya rencana jelas ketika udah menyanggupi tantangan tersebut.

2. Memulai Eksekusi
Pasca membeli tiket berangkat, kami benar-benar masih buta. Disana mau apa, mau kemana, budget berapa, nginep dimana, makan apa dll. Yasudah, dimulailah acara menabung. Tabungan kami dibagi menjadi 2, Pertama untuk transportasi PP, kedua untuk uang saku.Untuk tabungan transportasi, kami sudah punya jagoan bendahara, Nyonya Anisa. Karena galak dan rapih, dia memang kandidat paling cocok untuk menjadi bendahara diantara kami. Berikut rincian tabungan transportasi kami :


Ekspektasi [data 4 Juli 2016]

Tiket Pulang : 415rb (KL-Jogja)
Hotel sng : 135rb (1 malam)
Hotel mly : ~ 200rb (2 malam)
Bis jogja - semarang : 50rb
Kereta smrg jkt : ~ 100rb

Realita di SG dan MY
Tiket Pulang : 415rb (KL-Jogja)
Hotel Singapura (1 malam) : 135rb
Nginep di Singapura (malam kedua) : Gratis :))
Hotel Malaysia (1 malem) : Gratis :))
Bus Larkin (Woodlands Checkpoint) - Johor Bahru : 1 ringgit ~ 3700rupiah
Bus Johor Bahru - Kuala Lumpur : 35 ringgit ~ 127rb rupiah
Kereta SMG - JKT : 109rb
Bus Jogja Semarang : 45rb

Selain transportasi, kami sedia uang 1,2 juta rupiah, yang ditukar ke sgd 600rb (60sgd) dan ke myr 600rb(150myr). Berikut pengeluaran real kami selama disana

Pengeluaran Pribadi (SG)
EZLink STP 2days : 26SGD (tapi 10 SGD bisa di klaim lagi di hari terakhir)
Tips : Kalau mau lebih hemat, beli EZLink biasa, harganya 10SGD isi 7SGD, atau pinjem EZLink temen yang pernah ke SG. Ini pengalaman pribadi saya. Saya bawa EZLink temen, Cuma isi ulang 15SGD bisa buat 3 hari. Oh ya, kalau udah punya EZLink, transportasi kita selama disana dijamin, ga perlu keluar uang lebih.


Makan malam di Imam Leaf (Kallang) : 5-6 SGD

Tips : Kami makan disini karena kami udah sangat lapar. Harga 5-6 sgd ini termasuk mahal. Kalau mau murah di daerah Kallang ada tempat makan di daerah Upper Boon Keng road. Letaknya persis di belakang stasiun MRT Kallang.

Air putih ukuran 1 liter 2 botol : 1.5sgd
Tips : Beli air di toko-toko minimarket milik pribadi di daerah Geylang road. Sepanjang jalan banyak minimarket. Jangan di sevel. Di sevel air bisa sampe 1.5 1 botol, kami dapat 1.5 2 botol.

Shampoo Pantene 1.6sgd
Tips : Beli sampo jg di minimarket ya! Pokoknya beli tools jangan sampe di semacam sevel atau gerai resmi buk.

Obat maag (buat si Nisa) 2.5 sgd.

Makan Pagi & Siang 2-3 sgd (Upper Boon Keng)
Keterangan : Tempat ini kayak foodcourt rakyat gtu, ada yang jual makanan china ada yang melayu. Kalo makanan melayu/arab/india insya Allah halal, karena yang jual juga kebanyakan berhijab gitu. Saya makan disini cuma 2.5 sgd nasi ayam porsi lumayan. Udah gitu ibunya baik banget, saya dikasih korting 0.30sgd, jadi saya cuma makan 2.20sgd. Yeay!
Tips : Cari penjual yang terlihat orang melayu dan ramah. Kali aja didiskon kayak saya :)

Milo : 2sgd (di stasiun MRT mana gitu lupa)
Keterangan : Milonya enak banget parah!
Tips : Beli milo 1 buat berdua. wkwk

Makan siang di Stasiun MRT Bukit Panjang 2sgd
Keterangan : Menunya nasi lemak, nasi ayam, sosis2an.
Tips : Jelilah melihat makanan murah dimanapun.

TOTAL : 32sgd
Budget kita 60 sgd, saya cuma pake sekitar 32sgd. Hoho.

Pengeluaran Pribadi (MY)

Bus dari Johor - KL : 35 ringgit

Paket data 35ringgit ~ 9 ringgit/orang

Taksi dari TBS ke Ampang : 5 myr/orang (Uber)
Tips : Naik LRT sebenernya bisa 3myr/orang. Tapi karena kondisi kami udah tepar dan udah malem juga, kami akhirnya memilih naik taksi.

Taksi dari Ampang ke Stasiun LRT Gombak : 9myr/orang (Uber)

LRT Gombak - Genting : 4myr

Paket Bus + Kereta gantung ke Genting Highland Resort : 70myr

Makan di stasiun Genting : 4-5 myr
Tips : Disini ada ibu-ibu jual macem-macem makanan, harganya juga oke. Isilah perut di St Genting. Karena di genting highland harganya muahal pol.

Street food Genting : 2 cheese tofu 30myr
Tips : Kalo bisa beli 1 aja. soalnya mahal. tapi cheese tofunya enak parah! Makanan paling recommended :(

LRT Genting - KL Sentral : 4myr

Makan di KFC KL Sentral : 12myr
Tips : Sekali-kali boleh lah jangan gembel banget. Tapi btw, aseli KFCnya ga berasa. Enak kfc Indonesia pake banget. Beda lidah kali ya.

Oleh-oleh Little India : 10-15myr/orang (Tergantung orangnya sih)

Taksi dari KL - Ampang Condominium : 16 myr.

TOTAL : 139-170myr (tergantung jumlah beli oleh-oleh dan jajan yang di beli)

Budget malaysia kami memang agak membengkak dibandingkan rencana. Tapi toh gak masalah, karena kami masih punya pegangan masing-masing anak sekitar 20SGD karena budget Singapura yang super duper irit. hoho.






3. BERANGKAT!!
Akhirnya setelah menabung kurang lebih 8 bulan, kami berangkat! Malam itu tanggal 28 agustus 2016, kami berkumpul di kosan Jasman. Kereta ke Jakarta kami berangkat pukul 2.50 pagi. Alhamdulillah tidak ada halangan yang berarti selama perjalanan Semarang-Jakarta. 

Sekitar pukul 9 pagi, kami sampai di Stasiun Ps. Senen. Berhubung kami sok-sokan traveler sejati, kami mandi, atau sekedar cuci muka dan sikat gigi di Stasiun. haha. Selesai membersihkan badan, kami makan pagi. Dalam rangka pengiritan, Naula dan Nisa, sebagai orang yang punya rumah di Semarang, sudah bawa bekal nasi dan lauk pauk. Saya dan Jasman sih tinggal ikut-ikut makan aja. Jam setengah 12 siang, kami meluncur dari stasiun ke bandara. Alhamdulillah kami sampai bandara pukul 12.20, jadi sempat sholat dulu. Tadinya kami kira, proses check in kami bakal lancar, ternyata........... Kami nyaris-nyaris-nyaris terlambat. Last call pukul 14.10, kami baru check in kedua jam 14.11. Sampai saya kena marah mbak pramugari yang ngurusin check in, "SINGAPURA? Aduuuh Mbak, lain kali diperhatikan jadwalnya, untung delay ini. Kalo nggak delay udah berangkat,". Saat itu kami... em. oke. em. sedikit panik. Sampai nggak sempat video atau foto apa-apa. Udah lari-larian sepanjang lounge. Pengen nangis ketika liat pesawat AirAsia take off, berharap itu bukan pesawat kami. Kan gak lucu kalau kami balik lagi ke Semarang gara-gara ketinggalan pesawat :(

Tapi akhirnya.. kami nangkring dengan damai di seat kami. Setelah masuk pesawat, Jasman bilang, "Oke sekarang udah boleh ketawa," Lalu kami berempat ngakak-ngakak mentertawakan kebodohan kami masing-masing yang sangat santai sebelum check in. Thank you for your delaying AirAsia!! :")

Sampai di Singapura sekitar pukul 5 sore. Ekspektasi kami, sampai disana kami langsung makan di kantin karyawan yang terletak di bawah tangga disebelah pntu merah. Ternyata jeng jeng! Pintu merah di Changi banyak banget! Akhirnya kami menyerah dan langsung membeli EZLink, lalu langsung meluncur ke hostel kami di Kallang.

Kami tiba di Hostel alhamdulillah tanpa perlu nyasar-nyasar. Bekalnya cuma peta offline yang di download di hape sama peta di dalam MRT. Selama di Singapura, kami sama sekali ga paketan internet, cuma mengandalkan WiFi. Sedangkan WiFi cuma ada di beberapa spot. Kebayang dong serunya hidup kami di negeri orang, ga punya uang, ga ada paket internet :") 

Hostel kami ini hostel super murah. Sebanding sama tempatnya, bunk beds dan berkutu. Untungnya kami berempat sama-sama ga punya kulit sensitif. Ya gatal-gatal wajar lah, tapi nggak sampai lebih dari itu. Malam itu, kami makan di Imam Banana Leaf sebelah hostel, niatnya kami mau jalan-jalan, tapi saat itu kami sudah agak lelah dan juga Nisa tetiba sakit. Jadilah kami berpisah, saya dan Naula keliling kota pake bus sambil cari obat dan air minum. Nisa dan Jasman di Hostel (walaupun kenyataannya mereka akhirnya juga jalan sendiri ke tempat yang entah apa).

Esok harinya, kami sudah bersiap-siap ke Sentosa Island pukul 6 pagi. Rencananya kami ke Sentosa Island sampai pukul 11 siang lalu pulang ke Hostel, Check out dan langsung cus ke Nanyang. Saya disitu udah janjian sama teman saya, Suhaimi, yang kebetulan juga mahasiswa NTU. Kami pergi ke Sentosa Islands tanpa makan pagi, cuma bawa bekal tumblr aja. Oh ya kalau di Singapura, pastikan bawa tumblr, karena di tempat wisata disana banyak yang nyediain keran air minum gratis. Lumayan kan bisa hemat buat minum. 

Di Sentosa Island, kami sampai sekitar pukul 8 pagi. Keadaan masih super sepi! Bahkan di beberapa tempat, kami cuma berempat. Kabar baiknya lagi, karena kami kesana pagi dan jalan kaki dari MRT, kami bisa masuk gratis! Padahal harusnya bayar 1sgd untuk pejalan kaki. Nah, betul kan pepatah bangun pagi, kalau bangun siang nanti rejekinya di patok ayam! heheu.

Puas foto-foto di Sentosa, kami menyempatkan diri mampir ke Siloso beach. Hampir sama kayak pantai di Jepara dengan versi yang lebih bersih. :)

Ini foto-foto kami selama di Sentosa














Setelah selesai dari Sentosa, sesuai rencana kami pulang ke Kallang dan check out. Karena belum makan dari pagi, kami akhirnya memutuskan untuk makan dulu. Beruntungnya, penjaga Hostel kami, baik banget. Kami diberi tahu ada tempat makan murah dan diantar untuk makan di upper boon keng (Tempat makan murah yang sudah saya sebutkan di bagian 2). Alhamdulillah, kenyang.

Di Singapura ini kami banyak mendapatkan keberuntungan, sesuai rencana, kami tiba di NTU tepat pukul 13.00. Teman saya sudah menunggu di stasiun MRT Nanyang. Di Nanyang kami diajak keliling kampus menggunakan bus kampus, kalau di Indonesia semacam Bikunnya UI kali ya. Lalu kami diajak ke tempat uniknya NTU, bentuknya seperti dim sum, bangunan ini tidak punya sudut. bentuknya seperti ini (Bangunan yang dibelakang).


dan ini foto-foto kami saat berada di dalam bangunan.






Setelah itu, kami diajak ke bangunan tempat mahasiswa yang belajar budaya China. Uniknya bangunan kampusnya juga berasitektur budaya China. Berikut fotonya. :



Lalu kami diajak jalan ke Kampus Mall. Namanya South Nanyang Plaza. Jadi di NTU ada dua plaza. South dan North. Kami ke yang South. Disini... suasana kampusnya bener-bener luar biasa. Fasilitas untuk fotokopi, main, istirahat dan lain-lain lengkap, gerai-gerai makanan mulai dari starbucks, mr.burger sampai KFC juga ada. 




Dan yang bikin amaze lagi, jelas perpustakaanya! Gilaaaa! Nggak ngerti gimana ngedefinisiinnya, tapi sumpah, keren. Kami sok-sokan masuk ke koleksi buku sains. Awalnya kami kira bakal sepi. Ternyata, penuh! dan gilanya lagi, hampir semua orang yang pegang laptop/pc, buka tutorial sains, entah tutorial kalkulus, entah kedokteran entah teknik. Hands up! Kami cuma kuat beberapa menit. Karena penampilan kami yang super gembel, bawa-bawa tas gede disaat yang lain cuma bawa laptop. briefly look dari perpustakaan ini ada di video yang di unggah Jasman Kadir di youtube. Selain perpustakaan, ada juga lounge buat istirahat mahasiswa. Lounge ini, ya Tuhan.. luar biasa. Jadi disini ada sekitar 10 game semacam PS, bilyard, tenis meja dan banyak sofa empuk. Lounge ini memang di peruntukkan untuk mahasiswanya istirahat dan refreshing.



Sekitar pukul 15.00 kami meluncur ke helix bridge. Saat itu kami semua sudah lelah, ditambah membawa banyak barang dan belum makan, alhasil kami sempat kesal satu sama lain. Haha. Untung tidak berlangsung lama. Planning awal, seharusnya kami malam itu juga langsung menuju ke Malaysia, namun melihat keadaan kami yang sudah super duper capek karena jalan kaki seharian dan bawa barang banyak, kami akhirnya 'ingin' menginap sehari lagi di Singapura. 'Ingin' disini berarti kami murni baru ingin, tapi belum memiliki tempat menginap. Haha. 

Akhirnya setelah menunggu, Allah menyelamatkan kami dari kegembelan malam itu. Mantan guru SMA Naula, Ustad Hanif, yang kebetulan mendapat istri orang Singapura, dan tinggal di Singapura mengijinkan kami menginap di apartemennya di daerah senja road. Walaupun perjalanan ke Senja road kami sempat nyasar sampai jam 10 malam di jalanan, akhirnya kami bisa ke apartemen ustad :")

Di apartemen ustad, akhirnya, kami makan setelah terakhir kami makan jam 11 pagi :") malam itu rasanya semua makanan yang disediakan tiba-tiba rasanya super enak. Di tambah kelucuan Nabil, anak ustad yang baru berumur 4 tahun, kami semakin betah di sana. Kami bisa tidur nyenyak! Huhu, masih ingat bagaimana rasa bahagianya bisa mandi dan selonjor di kasur empuk. Ustad our saviour!







Esok harinya, kami menuju ke merlion dari rumah Ustad Hanif. Di Merlion, seperti biasa, agenda yang wajib di lakukan adalah foto-foto. Saat kami kesini cuacanya sedikit berangin dan menyengat sekali, but, tourist is a tourist, mau cuaca seperti apa, yang penting foto!





BERANGKAT KE MALAYSIA

Puas foto-foto di Merlion, kami kembali ke rumah ustad sekaligus beres-beres. Sekitar pukul 15.00 kami berangkat menuju woodlands checkpoint (Imigrasi Singapura ke Malaysia). Imigrasi lewat sini super mudah. Bahkan barang yang di bawa sama sekali tidak melalui pengecekan seperti di bandara. Di imigrasi ini kami bertemu anak-anak yang mungkin berasal dari Malaysia tapi bersekolah di Singapura, anak-anak tersebut lucu-lucu sekali, aneh rasanya melihat anak kecil berjalan sendirian dan melakukan imigrasi sendiri. Semacam takjub dengan keberaniannya. 

Dari woodlands checkpoint, kami melanjutkan perjalanan ke Larkin dengan menggunakan Bus Kuning dengan harga 1 ringgit. Sampai Larkin, kami seperti dejavu dengan Indonesia. Suasana di Terminal Larkin kurang lebih sama dengan suasana di terminal bus Indonesia. Belum turun dari bus kuning, kami langsung disambut orang-orang yang menawarkan tiket ke TBS, dan kami diikuti kemana pun kami pergi. Persis seperti di Indonesia kan? Haha. Akhirnya, karena kami toh juga tidak punya pilihan lain, kami membeli tiket dari bapak-bapak yang mengikuti kami dengan harga 35 ringgit. Busnya cukup nyaman sih, sayangnya kursinya sedikit bau. Disini kami juga membeli paket data internet seharga 35ringgit/4 jadi masing-masing dari kami membayar sekitar 9 ringgit untuk internet 3 hari. Paket data ini ditaruh di hp milik saya, dan yang lainnya tethering. Super irit memang.

Kenapa di Malaysia kami memutuskan membeli paket data? Karena transportasi umum di Malaysia, apalagi yang bukan KL, masih agak sulit seperti di Indonesia. Peta-peta petunjuk juga belum selengkap di Singapura. Daripada nyasar ngga jelas, akhirnya kami memutuskan untuk harus tetap ada koneksi internet.

Perjalananan dari Johor ke TBS memakan waktu sekitar 4 jam. Kami sampai di TBS sekitar jam 21.00, setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Ampang Condominium mengunakan taksi. Di Malaysia ini kami menginap di kenalan Naula dari couchsurfing. Bagi yang suka traveling, pasti tau apa itu couchsrfing. Yap. Couchsurfing adalah aplikasi atau semacam sosial media bagi para traveler dan calon host di negara masing-masing dan yang pastinya gratis! Calon-calon host biasanya adalah orang-orang yang punya apartemen dan tinggal sendirian, sehingga mereka memperbolehkan para pelancong dari seluruh dunia untuk menginap di tempat mereka secara cuma-cuma. Kebetulan host kami, Noor, baik sekali. Kami disediakan makan malam saat sampai disana. Uh senangnya!

Setelah istirahat seharian di rumah Noor, esok harinya kami pergi ke Genting highland. Dari rumah Noor kami menggunakan taksi ke stasiun gombak. Setelah itu kami menggunakan LRT langsung ke Genting. Dari stasiun Genting, kami masih harus naik bus dan gondola untuk menuju ke resortnya. Harga paket bus dan gondola 70 ringgit. Lumayan mahal tapi pengalaman yang di dapat juga sangat worth!

Di Genting Highland resort ada semacam streetfood, ada dua jenis yang manis seperti buah-buah kecil yang di celup ke coklat dan yang gurih-gurih. Kami membeli ke kedai streetfood yang gurih-gurih. Disitu banyak sekali makanan yang enak-enak. Saya sendiri membeli cheese tofu. Rasanya, amazingly satisfiying! Enak banget mantaaap. Kalo harganya nggak 15ringgit satunya, udah beli 5 kali. heheu.







Di genting, selain ke resortnya, kami juga masuk ke museum sejarah resortnya. Disini banyak foto-foto dan penghargaan yang di dapat oleh genting resort highland baik nasional maupun internasional. Pengelolaan wisata disini memang oke banget. 







Sekitar pukul 13.30an kami kembali ke stasiun genting menggunakan bus yang sama saat berangkat. Kami langsung menuju ke KL Sentral. Rencananya ingin ke Little India begitu sampai di KL Sentral. Yah namanya juga rencana, tetap Tuhan yang menentukan. Sampai di stasiun KL Sentral kami terjebak hujan badai sampai hampir 2 jam. Sambil menunggu hujan reda, akhirnya kami makan di KFC di daerah KL Sentral. Harganya hampir sama kalau di konversi ke rupiah, sekitar 10-15 ringgit tergantung pesan apa. 

Naula di Stasiun KL Sentral
Selesai makan dan solat di KL Sentral, kami memaksa untuk keluar stasiun walaupun masih agak hujan. Tujuan utama kami ke Little India, dan untuk menuju kesana dari KL Sentral, kami hanya perlu jalan kaki (menurut gmaps). Lagi-lagi, manusia merencanakan, Tuhan menentukan. Baru berjalan sebentar, tiba-tiba hujan deras lagi. Sialnya, diantara kami berempat saat itu hanya Naula yang bawa payung. Padahal biasanya saya bawa juga, entah kenapa malah saat itu ga bawa. 

Akhirnya setelah perdebatan panjang antara Jasman dan Naula, dimana Jasman pengen langsung ke KLCC, Naula kekeuh pengen ke Little India walaupun hujan deras. Argumen Nisa yang niatnya membela Jasman malah makin memperkeruh keadaan. Gimana nggak? Nisa bilang, ngapain ke Little India, toh di Purwokerto juga ada. Kami berpandangan, emang iya??? Beberapa saat kemudian Nisa baru sadar kalau yang di Purwokerto itu miniatur Merlion -__-

Singkat cerita akhirnya kami ke Little India. Memang Little sih, sangat Little. Intinya disitu cuma jejeran toko-toko yang penjualnya orang India dan arsitekturnya (seperti) India. Emmm... look a like but not so India sih sebenernya. Tapi gara-gara ke Little India, akhirnya kami bisa beli oleh-oleh permen dengan harga yang cukup murah meriah :")

Puas belanja, kami naik LRT lagi menuju KLCC. Ini adalah spot foto kami yang terakhir. Petronas tower! Kata orang-orang belum ke Malaysia kalau belum ke petronas tower. Karena kita pengen dianggap udah ke Malaysia, kami mau nggak mau harus ke Petronas Tower dong! Untungnya saat foto-foto di depan Petronas Tower, hujan sudah reda.



Jam 9 malam, kami pulang ke rumah Noor di Ampang, pake taksi. Udah macem orang gedongan gitu ya kemana-mana pake taksi. Padahal, uang taksi itu uang terakhir kami selain uang taksi buat ke bandara besoknya. hahaha. Gapapa, hari terakhir harus senang!

Besoknya, kami sudah on the way ke KLIA jam 5 pagi. Pesawat kami berangkat jam 8, dan kami nggak mau kejadian hampir ketinggalan pesawat keulang lagi :") 

Sebelum pulang, kami sempat foto dengan Noor. Penyelamat kami selama di Malaysia.


Oh yaa, hampir lupa! Saat kami ke Malaysia, kebetulan itu dekat dengan hari kemerdekaan Malaysia, yaitu tanggal 31 Agustus. Jadi dimana-mana banyak bendera Malaysia. Apalagi waktu kita sampai di KLIA, Dekorasi khas kemerdekaan ada dimana-mana. How lucky we are! Dapet spot foto bagus lagi. Wajib banget sempet-sempetin foto di spot-spot bandara ini.





Akhirnya, usai sudah perjalanan nekat kami selama 5 hari. 
Total budget rata-rata 1.9 Juta all in. (Saya masih sisa 200rb)

-Perjalanan adalah salah satu cara menemukan jati diri kita-
-to be continued-
-see you in the next destination-