Menjadi Pemimpin : Kaderisasi sekaligus Kriterianya

by 03.53 0 komentar


Pemimpin.

Apa sih yang dipikirkan ketika mendengar satu kata itu?

Seorang pesuruh? DPR? Presiden? Boss?

Apapun itu, saya yakin definisi pemimpin setiap individu berbeda-beda, karena setiap individu memiliki sosok idaman masing-masing. Lalu, apa itu pemimpin menurut saya? Halah, say amah apa atuh, ditanya-tanya definisi pemimpin. Memimpin diri sendiri aja terkadang masih susaaaaah! Hehe

Tapi sebenarnya sih, tujuan saya menulis ini memang ingin sharing tentang sosok pemimpin ideal saya pribadi. Hehe.


Di awali dari memasuki bangku kuliah, dimana kepemimpinan digemborkan oleh sekalangan mahasiswa-mahasiswa hebat yang menduduki jabatan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), baik tingkat fakultas maupun universitas. Dimana pelatihan kepemimpinan diadakan bagi seluruh mahasiswa baru. Katanya, jiwa kepemimpinan tak bisa tumbuh begitu saja. Perlu proses panjang, dan terkadang menyakitkan, untuk memiliki jiwa kepemimpinan yang hebat.

Kepemimpinan, mau tak mau jadi makanan sehari-hari mahasiswa baru. Melalui kaderisasi, organisasi, bahkan kelompok-kelompok kecil seperti kelompok praktikum yang berjubel di hari-hari menjadi mahasiswa baru. Semua hal seperti dihubungkan, entah sengaja ataupun tidak, dengan sikap kepemimpinan. Semoga kelak para mahasiswa baru itu menjadi pemimpin hebat! Mungkin itulah doa yang selalu diselipkan para senior dan dosen kami, ketika kami yang masih berwajah culun, masih bersikap individualis, dan masih apatis ini diajarkan seabrek pelatihan nyata untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan.

Saya yang awalnya sangat jeleh dan kesal ketika harus mengerjakan tugas-tugas berjibun, yang awalnya merasa sangat bingung untuk sekedar mengirim pesan ke senior, karena takut salah kata. Bahkan dulu, sama sekali tak berani disingkat! Haha. Tapi jujur, kebiasaan-kebiasaan seperti itulah yang menyelamatkan mahasiswa-mahasiswa mager macam saya untuk menjalani kehidupan sebagai mahasiswa teknik selama hampir 4 tahun. Berkat adanya berbagai macam pelatihan nyata, mengenai kerja tim, mengenai bagaimana cara menghargai kesibukkan orang, mengenai bagaimana cara berbagi, mengenai sopan santun, mengenai bagaimana menghargai waktu dan memanajemen waktu, membagi 24 jam sehari menjadi remah-remah kecil, yang setiap remahnya mengandung vitamin K dan C, Kerja Cerdas!

Dan tentu saja hal-hal seperti itulah yang mungkin secara tidak kita sadari sangat mempengaruhi mental kepemimpinan kita. Pemimpin lahir dari tempaan, bukan kenikmatan. Maka dari itu untuk seluruh mahasiswa baru yang sedang ditempa, tenanglah, kami, para seniormu selalu menginginkanmu untuk menjadi pemimpin terbaik di masa depan melalui hal-hal yang kau anggap menyebalkan sekarang. Percayalah kalian akan merasakan manfaatnya di masa depan.
Mungkin pada awalnya kaget. Jelas. Namun semua pasti indah pada waktunya,kok!

Kembali lagi ke kriteria pemimpin menurut saya. Pemimpin, bagi saya adalah seseorang yang harus cerdas, visioner, jujur, memiliki kekuatan, menginspirasi dan dekat dengan bawahan. Pemimpin bukanlah seorang yang hanya dapat menyuruh orang lain, namun juga dapat memberi contoh. Pemimpin bukan orang yang membangun tembok tinggi di sekelilingnya dan membatasi diri dari lingkungan bawahnya. Namun, ada satu hal yang perlu diingat, pemimpin juga harus memiliki kharisma, harus tegas dan berani menegur secara langsung, tidak hanya haha hehe haha hehe, takut untuk menegur, mana bisa disegani bawahan kalau hanya begitu. Dekat dengan bawahan sih iya, tapi saking dekatnya jadi disepelekan, semua kerjaan terbengkalai. Nah lhooooo….

Pemimpin, harus bisa mengefisiensikan segalanya. Pemimpin adalah pengatur agar semua menjadi teratur dan sesuai pada tempatnya. Maka dari itulah seorang pemimpin harus cerdas dan visioner. Seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas, yang kemudian dieksekusi melalui misi. Untuk membuat visi  dan misi yang jelas , seorang pemimpin harus cerdas, berwawasan luas dan open-minded. Lalu seorang pemimpin juga harus jujur, ini merupakan hal mutlak. Kenapa? Karena pemimpin membutuhkan kepercayaan dari semua orang yang dipimpinnya. Apalah arti seorang pemimpin ketika ia tidak dipercaya? Jika tidak dipercaya, bagaimana bawahan mau menaati kata-kata pemimpin? Kepemimpinan tanpa kepercayaan = kehancuran.

Menginspirasi. Pemimpin haruslah seseorang yang mampu menginspirasi. Baik dalam hal prestasi maupun tata karma. Pemimpin harus mampu memukau bawahannya dengan prestasi yang ia peroleh. Bukan dengan janji-janji palsu.
Buktikan bahwa seorang pemimpin pantas untuk memimpin.
Dari sekian banyak pemimpin yang ada di dunia, pemimpin yang paling saya idolakan adalah B.J Habibie. Beliau, luar biasa cerdas. Teknokrat sekaligus birokrat sejati. Dua hal yang tentu saja bagi sebagian besar orang sangat berlawanan. Namun beliau dapat membuktikannya, melalui 1 tahun kepemimpinannya, krisis moneter membaik, harga dollar tertekan dibawah 7000 rupiah per dollar dan krisis timor-timur terselesaikan melalui referendum timtim (masalah ini insya Allah, saya ingin menuliskannya lagi di lain waktu). Walaupun pada akhirnya beliau turun karena laporan pertanggungjawabannya tidak diterima MPR, namun sosoknya masih melekat. Bahkan sampai sekarang. Cintanya kepada Tuhan, dan kepada bangsanya sungguh luar biasa. Sehingga ia mampu berdedikasi di negerinya sendiri ketika tawaran-tawaran dari luar negeri jauh lebih menggiurkan.

Ah.. sudah lelahkah kalian membaca tulisan saya?

Jika sudah, silakan berhenti. Jika belum, bolehlah sedikit membaca sedikit pengalaman saya di dalam sebuah organisasi ini J

Alhamdulillah, sekarang saya masih dipercaya menjadi seorang kepala keluarga kecil departemen HRD di sebuah organisasi pers fakultas. Apa yang paling membahagiakan bagi seorang kepala keluarga? Tentu saja melihat keluarganya dekat, akrab, saling percaya, saling membantu, saling menghargai. Ada hal-hal kecil yang tidak bisa diungkapkan ketika keluarga saya memilih untuk datang ke rapat departemen setelah sedang lelah-lelahnya mengerjakan tugas kampus, ketika wajah-wajah lelah mereka berubah menjadi cerah karena bertemu keluarganya di dalam tersebut. Ada perasaan yang luar biasa terharu ketika mereka justru meminta menambah durasi rapat demi ngobrol lebih lama dengan keluarganya. Ketika mereka menerima dengan lapang dada dan penuh tanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan, ketika semua berkata "tenang, nanti dibantu kok," ketika seseorang merasa kurang mampu untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Ketika mereka mau ditegur oleh saya dan tak pernah merasa sakit hati (Walaupun kadang tegurannya sangat jelas tanpa basa-basi atau haha hehe). Aaaah… I feel soo thank you!

Saya sangat bahagia ketika menyadari bahwa visi pribadi saya untuk membangun sebuah hubungan 'keluarga' dibandingkan sebuah hubungan 'organisasi' dari awal departemen ini berdiri, mulai menampakkan hasilnya. Keluarga, akan selamanya keluarga bukan? Dengan begini, saya perlahan mulai yakin untuk meninggalkan organisasi yang masih balita ini di tangan mereka. Organisasi yang masih membutuhkan orang-orang yang mencintai pekerjaannya. Cinta yang cerdas dan elegan. Bukan cinta buta yang saking cintanya mau melakukan pekerjaan apapun tanpa perencanaan dan langkah yang jelas.

Teruntuk HRD, keluargaku, Milafyu so much!!


Oriza utami

Love it. Live it

Freelance Writer

0 komentar:

Posting Komentar