Secuil Kisah Tentang "Proses"

by 12.45 3 komentar
Hai, Selamat bertemu lagi.
Hari ini entah kenapa saya kembali susah tidur, setelah seharian penuh beraktivitas. Daripada melamun tak jelas, akhirnya saya memutuskan untuk menulis.
Hari ini tanggal 26 April 2013, tepat 3 hari sebelum Ujian Tengah Semester dilaksanakan di kampus saya. Mendengar kata UTS yang ada di benak saya adalah rentetan soal penentu nilai saya kelak. Memikirkan hal itu saja sudah membuat saya malas berurusan dengannya. Tapi sebagai mahasiswa tentu saja saya harus tetap melaksanakannya.
Bicara tentang nilai, mungkin kita semua setuju kalau 90% guru/dosen di Indonesia hanya melihat dari hasil hitam diatas putih, tak akan ada yang melihat dari perjuangan dan kejujuran dalam memperolehnya. Saya sendiri sering melihat sendiri kejujuran yang di permainkan oleh pemuda yang 'katanya' penerus bangsa, miris.
 Masih ada 2 kalimat yang saya ingat sampai sekarang, satunya terucapkan oleh teman saya di SMA dan satunya lagi terucapkan dari senior saya di kampus. Dan kedua ucapan itu nyaris membuat saya meledak. Kata-kata yang sangat menusuk. Seolah kejujuran yang sedang diperjuangkan nyaris tak berarti. Intinya mereka mengatakan, proses tak penting, yang penting hasil akhir. Benarkah?

 Saat SMA, saya mengalami sendiri betapa ketidakjujuran mendominasi pelaksanaan UN, sejujurnya saya, sebagai salah seorang siswa, yang nilai try out matematikanya selalu luar-biasa-rendah sempat tergoda untuk melakukan kecurangan dalam UN, beruntung saya memiliki teman-teman yang luar biasa, yang mau berjuang mati-matian demi kejujuran, yang akhirnya menguatkan tekad saya untuk percaya pada kemampuan saya sendiri. Sejak itu, setiap hari saya belajar bersama teman-teman dekat saya, yang kebetulan salah satunya adalah peraih ranking paralel di SMA saya. Alhamdulillah, teman-teman saya sangat luar biasa sabar mengajari saya sampai akhirnya saya lancar.
Saya masih ingat, malam sebelum UN matematika saya tak bisa tidur, gelisah luar biasa. Dan jauh sebelum UN, saya bahkan telah meminta maaf pada kedua orangtua saya jika nilai matematika saya dibawah 6. Itu satu-satunya hal yang dapat saya lakukan untuk mengantisipasi kekecewaan kedua orangtua saya.
Pada saat UN, dari 40 soal, hanya 30 soal yang benar-benar bisa saya kerjakan, sisanya? Percaya atau tidak, 15 menit sebelum waktu habis saya menjawab asal-asalan, tanpa menghitung lagi. Saya pasrah. Selesai ujian, saya langsung mencocokkan jawaban saya pada Lala, dan mengenaskan.
Saya hanya bisa meminta doa kepada kedua orang tua saya. 
Ajaibnya, saat nilai UN keluar, semua nilai saya, Alhamdulillah, luar biasa bagus! Saat itu perasaan saya, luar biasa! Luar biasa sekali! Allah memang Maha Segalanya !
Sejak kejadian itu, saya percaya pada kekuatan hati, ketekadan dalam bertindak. Saya semakin luar biasa percaya pada kemanjuran doa kedua orangtua saya. Dan saya semakin percaya, tidak, bukan hanya percaya, saya telah menjadikannya "spirit word" sekarang, yaitu Kabeh-kabeh sing Gusti Allah
Kata-kata yang keluar dari seorang mahasiswa Universitas Indonesia, yang telah menjadi guru, kakak sekaligus inspirator terbesar saya sekarang, Bang Chilman dan Bang Husen.

"Proses memang terlihat tak penting di mata kita sebagai manusia, tapi proses yang baik akan sangat bernilai di mata Allah. Dan, lagi-lagi Kabeh-kabeh sing Gusti Allah. Saat kita merasa tak bisa, tapi Allah memudahkan, apa yang tak bisa dilakukan? Ya, Kabeh-kabeh sing Gusti Allah."


Oriza utami

Love it. Live it

Freelance Writer

3 komentar:

  1. hihi, kisah yang mirip. tapi banyak bedanya..
    kalo aku awalnya emang niat pake kunci, sampai sesuatu atau seseorang menyadarkan. bukan karena omongan atau sebagainya tapi dari perbuatan dia. try out matematika pun sampe detik terakhir cuman bisa ngerjain setengahnya, haha.
    pas un sekitar 10 soal juga yang blas.. ngga tau cara ngitungnya, alhasil ngerjain pake teori konspirasi, hoho
    dann aku lupa nilainya berapa.. sekitar 8 kalo ngga salah
    beda signifikannya.. aku ngga begitu musingin un, bahkan pas un pun sempet telat sampe dicari sama guru-guru, haha
    tapi tetep ada sedikit rasa kecewa sih karena hasilnya ngga maksimal akibat kurang persiapan, tak apa lah ini hasilku sendiri, setidaknya bisa dibanggakan~ gahaha

    BalasHapus
  2. kayaknya aku kenal siapa yang komentar bertubi2 begini ._.

    BalasHapus