Kisah Ibukota

by 08.42 0 komentar
   Wanita itu mengenakan sepatunya yang berwarna peach lalu bergegas menuju ke halte depan kampusnya.
Tak tahu ia, bahwa di seberang jalan, di halte bus arah yang berlawanan ada seorang perempuan yang memperhatikannya dengan saksama. Memeriksa detail gerakannya.
 Perempuan ini baru bertemu langsung dengan wanita, tapi ia telah mengenal wanita itu jauh sebelum hari ini Lewat cerita laki-laki yang ia cinta. Perempuan ini menghela nafas. Kebenciannya mulai terjabar.
"Tak ada sedikitpun kah niatnya untuk menjauhi laki-lakiku?"
   Hampir dua tahun lalu perempuan itu mendengar cerita pertama tentang sang wanita. Sama sekali tak ada bayangan di benaknya untuk menjadi benci kepada seseorang yang, bahkan, bertemu saja belum pernah.
   Dua tahun. Dan sialnya perempuan itu percaya penuh bahwa laki-lakinya benar-benar sudah menjauh dari wanita itu.
  Kenyataannya lain. Wanita itu bahkan tak menunjukkan sedikitpun niat untuk menjauh. Laki-lakinya, sialnya lagi, terlalu sulit untuk menolak diminta bantuan. Laki-lakinya berkali terjebak dalam situasi tak masuk akal dengan wanita itu.
  Sang perempuan menghela nafas lagi. Ia teringat seorang lain yang mati-matian mendekatinya, beberapa lama yang lalu. Namun mereka langsung tersadar. Lalu, Ia dan seorang lain itu langsung sama-sama menyadari. Menjauh. Benar-benar menjauh. Tak tersisa kedekatan sedikitpun.
  "Tak bisakah mereka melakukan apa yang aku lakukan?," batin perempuan itu lagi. Baru pertama kali ini dia membenci, sangat membenci seseorang. Dan parahnya, seseorang yang pertama kali ia benci adalah Wanita di seberang jalan yang bersepatu peach itu, yang baru pertama kali ia lihat hari ini.
   Tak tahulah ia akan membenci wanita itu sampai kapan. Ia berharap, kepercayaan yang ia beri untuk laki-lakinya akan terjaga. Selayaknya ia selalu menjaga kepercayaann sang laki-laki. Walaupun perempuan itu merasa, titik terpasrahnya telah tiba. Sedikit-sedikit, mulai pasrah akan keadaan.

  Bus kota tiba di hadapan Wanita bersepatu peach itu. Setelah membereskan tumpukan kertas yang akan ia gunakan untuk mengajar nanti, wanita itu bergegas menaiki bus kota yang telah penuh sesak dengan pedagang asongan khas ibukota.
  Untuk terakhir kalinya, perempuan itu memandangi wanita bersepatu peach itu  lagi. Sampai ia hanya terlihat bagai titik-titik kecil di dalam bus kota yang melesat menuju hiruk pikuk ibukota.


***
  Wanita itu memandangi seseorang perempuan muda bergaya klasik di halte seberangnya. Ia memandanginya seksama.
"Maafkan aku, tapi aku terlanjur mengagumi laki-lakimu," ucap Wanita itu pelan.

Oriza utami

Love it. Live it

Freelance Writer

0 komentar:

Posting Komentar