Pemimpin.
Apa sih yang
dipikirkan ketika mendengar satu kata itu?
Seorang pesuruh?
DPR? Presiden? Boss?
Apapun itu, saya
yakin definisi pemimpin setiap individu berbeda-beda, karena setiap individu
memiliki sosok idaman masing-masing. Lalu, apa itu pemimpin menurut saya?
Halah, say amah apa atuh, ditanya-tanya definisi pemimpin. Memimpin diri
sendiri aja terkadang masih susaaaaah! Hehe
Tapi sebenarnya
sih, tujuan saya menulis ini memang ingin sharing tentang sosok pemimpin ideal
saya pribadi. Hehe.
Di awali dari
memasuki bangku kuliah, dimana kepemimpinan digemborkan oleh sekalangan
mahasiswa-mahasiswa hebat yang menduduki jabatan BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa), baik tingkat fakultas maupun universitas. Dimana pelatihan
kepemimpinan diadakan bagi seluruh mahasiswa baru. Katanya, jiwa kepemimpinan
tak bisa tumbuh begitu saja. Perlu proses panjang, dan terkadang menyakitkan, untuk
memiliki jiwa kepemimpinan yang hebat.
Kepemimpinan,
mau tak mau jadi makanan sehari-hari mahasiswa baru. Melalui kaderisasi, organisasi,
bahkan kelompok-kelompok kecil seperti kelompok praktikum yang berjubel di
hari-hari menjadi mahasiswa baru. Semua hal seperti dihubungkan, entah sengaja
ataupun tidak, dengan sikap kepemimpinan. Semoga
kelak para mahasiswa baru itu menjadi pemimpin hebat! Mungkin itulah doa
yang selalu diselipkan para senior dan dosen kami, ketika kami yang masih
berwajah culun, masih bersikap individualis, dan masih apatis ini diajarkan
seabrek pelatihan nyata untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan.
Saya yang
awalnya sangat jeleh dan kesal ketika
harus mengerjakan tugas-tugas berjibun, yang awalnya merasa sangat bingung
untuk sekedar mengirim pesan ke senior, karena takut salah kata. Bahkan dulu,
sama sekali tak berani disingkat! Haha. Tapi jujur, kebiasaan-kebiasaan seperti
itulah yang menyelamatkan mahasiswa-mahasiswa mager macam saya untuk menjalani kehidupan sebagai mahasiswa teknik
selama hampir 4 tahun. Berkat adanya berbagai macam pelatihan nyata, mengenai
kerja tim, mengenai bagaimana cara menghargai kesibukkan orang, mengenai
bagaimana cara berbagi, mengenai sopan santun, mengenai bagaimana menghargai
waktu dan memanajemen waktu, membagi 24 jam sehari menjadi remah-remah kecil,
yang setiap remahnya mengandung vitamin K dan C, Kerja Cerdas!
Dan tentu saja
hal-hal seperti itulah yang mungkin secara tidak kita sadari sangat
mempengaruhi mental kepemimpinan kita. Pemimpin lahir dari tempaan, bukan
kenikmatan. Maka dari itu untuk seluruh mahasiswa baru yang sedang ditempa,
tenanglah, kami, para seniormu selalu menginginkanmu untuk menjadi pemimpin terbaik
di masa depan melalui hal-hal yang kau anggap menyebalkan sekarang. Percayalah
kalian akan merasakan manfaatnya di masa depan.
Mungkin pada
awalnya kaget. Jelas. Namun semua pasti indah pada waktunya,kok!
Kembali lagi ke kriteria
pemimpin menurut saya. Pemimpin, bagi saya adalah seseorang yang harus cerdas,
visioner, jujur, memiliki kekuatan, menginspirasi dan dekat dengan bawahan. Pemimpin
bukanlah seorang yang hanya dapat menyuruh orang lain, namun juga dapat memberi
contoh. Pemimpin bukan orang yang membangun tembok tinggi di sekelilingnya dan
membatasi diri dari lingkungan bawahnya. Namun, ada satu hal yang perlu
diingat, pemimpin juga harus memiliki kharisma, harus tegas dan berani menegur
secara langsung, tidak hanya haha hehe
haha hehe, takut untuk menegur, mana bisa disegani bawahan kalau hanya
begitu. Dekat dengan bawahan sih iya, tapi saking
dekatnya jadi disepelekan, semua kerjaan terbengkalai. Nah lhooooo….
Pemimpin, harus
bisa mengefisiensikan segalanya. Pemimpin adalah pengatur agar semua menjadi
teratur dan sesuai pada tempatnya. Maka dari itulah seorang pemimpin harus
cerdas dan visioner. Seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas, yang
kemudian dieksekusi melalui misi. Untuk membuat visi dan misi yang jelas , seorang pemimpin harus
cerdas, berwawasan luas dan open-minded. Lalu seorang pemimpin juga harus
jujur, ini merupakan hal mutlak. Kenapa? Karena pemimpin membutuhkan
kepercayaan dari semua orang yang dipimpinnya. Apalah arti seorang pemimpin
ketika ia tidak dipercaya? Jika tidak dipercaya, bagaimana bawahan mau menaati
kata-kata pemimpin? Kepemimpinan tanpa kepercayaan = kehancuran.
Menginspirasi.
Pemimpin haruslah seseorang yang mampu menginspirasi. Baik dalam hal prestasi
maupun tata karma. Pemimpin harus mampu memukau bawahannya dengan prestasi yang
ia peroleh. Bukan dengan janji-janji palsu.
Buktikan bahwa seorang pemimpin pantas untuk memimpin.
Dari sekian
banyak pemimpin yang ada di dunia, pemimpin yang paling saya idolakan adalah
B.J Habibie. Beliau, luar biasa cerdas. Teknokrat sekaligus birokrat sejati. Dua
hal yang tentu saja bagi sebagian besar orang sangat berlawanan. Namun beliau
dapat membuktikannya, melalui 1 tahun kepemimpinannya, krisis moneter membaik,
harga dollar tertekan dibawah 7000 rupiah per dollar dan krisis timor-timur
terselesaikan melalui referendum timtim (masalah ini insya Allah, saya ingin
menuliskannya lagi di lain waktu). Walaupun pada akhirnya beliau turun karena
laporan pertanggungjawabannya tidak diterima MPR, namun sosoknya masih melekat.
Bahkan sampai sekarang. Cintanya kepada Tuhan, dan kepada bangsanya sungguh
luar biasa. Sehingga ia mampu berdedikasi di negerinya sendiri ketika
tawaran-tawaran dari luar negeri jauh lebih menggiurkan.
Ah.. sudah
lelahkah kalian membaca tulisan saya?
Jika sudah,
silakan berhenti. Jika belum, bolehlah sedikit membaca sedikit pengalaman saya
di dalam sebuah organisasi ini J
Alhamdulillah, sekarang
saya masih dipercaya menjadi seorang kepala keluarga kecil departemen HRD di
sebuah organisasi pers fakultas. Apa yang paling membahagiakan bagi seorang
kepala keluarga? Tentu saja melihat keluarganya dekat, akrab, saling percaya,
saling membantu, saling menghargai. Ada hal-hal kecil yang tidak bisa
diungkapkan ketika keluarga saya memilih untuk datang ke rapat departemen setelah
sedang lelah-lelahnya mengerjakan tugas kampus, ketika wajah-wajah lelah mereka
berubah menjadi cerah karena bertemu keluarganya di dalam tersebut. Ada
perasaan yang luar biasa terharu ketika mereka justru meminta menambah durasi
rapat demi ngobrol lebih lama dengan keluarganya. Ketika mereka menerima dengan
lapang dada dan penuh tanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan, ketika
semua berkata "tenang, nanti dibantu kok," ketika seseorang merasa
kurang mampu untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Ketika mereka mau ditegur
oleh saya dan tak pernah merasa sakit hati (Walaupun kadang tegurannya sangat
jelas tanpa basa-basi atau haha hehe).
Aaaah… I feel soo thank you!
Saya sangat
bahagia ketika menyadari bahwa visi pribadi saya untuk membangun sebuah
hubungan 'keluarga' dibandingkan sebuah hubungan 'organisasi' dari awal
departemen ini berdiri, mulai menampakkan hasilnya. Keluarga, akan selamanya
keluarga bukan? Dengan begini, saya perlahan mulai yakin untuk meninggalkan
organisasi yang masih balita ini di tangan mereka. Organisasi yang masih membutuhkan orang-orang
yang mencintai pekerjaannya. Cinta yang cerdas dan elegan. Bukan cinta buta
yang saking cintanya mau melakukan pekerjaan apapun tanpa perencanaan dan
langkah yang jelas.
Teruntuk HRD,
keluargaku, Milafyu so much!!
0 komentar:
Posting Komentar