Satu pertanyaan yang pasti akan selalu sama kujawab.
"Kalau dilahirkan kembali sebagai sesuatu, bukan manusia, mau jadi apa?,"
Pohon!
Sudah pasti. Entah saya suka sekali pohon. Gambar pohon, pepohonan, hutan, pohon buah pun.
Tapi belakangan saya sadar, saya suka pohon kok, saya suka membeli buku? Padahal buku tentang keindahan hutan pun dibuat dengan cara menyakiti pohon, bukan? Kok, paradoks?
Oke, pertanyaan ini belakangan mengusik saya. Saya bingung dengan kenyataan yang paradoks tsb.
Ah, ya, saya lebay kalau kata anak gaul bilang. Untuk apa memikirkan hal-hal seperti itu?
Ah tapi, coba dipikir lagi, ketika kau mencintai dua hal yang berlawanan, dan kau baru sadar setiap kau memilih salah satunya berarti kau mencoba mematikan yang lain ketika kau sudah lama mencintai kedua hal tersebut, bahkan sebelum kau sempat mengecap bangku sekolah dasar apa yang akan kau rasakan?
Ah, kan sekarang banyak buku yang pakai kertas daur ulang. Ya ya, tapi coba kau cari, berapa persen perbandingan kertas daur ulang dan kertas baru yang dipakai untuk membuat buku? Sedikit.
Ah ya udah, kan masih ada PDF! Hei hei, cobalah menghargai karya orang lain!
Lalu, bagaimana?
Bisakah kita tetap mencintai kedua hal tersebut walaupun berlawanan?
Bisa! Kalau kau mau tak peduli. Toh keduanya tetap bisa berjalan sampai sekarang kan?
Itu sih jawaban seenaknya sendiri.
Begini, kita tetap bisa mencintai buku-buku dan pepohonan secara bersamaan. Tapi berusahalah melindungi keduanya. Kertas-kertas habis pakai, cobalah dikumpulkan, jangan dibuang satu per satu. Kumpulkan, dan jual! toh ini juga lumayan menguntungkan dibandingkan dengan langsung membuangnya tanpa memilahnya, langsung mencampurkannya dengan sampah organik. Iuh, itu justru semakin mematikan pohon! Karena tidak akan bisa di daur ulang lagi. Nah cara tersebut sudah saya coba lakukan juga kok. Itu salah satu cara termudah yang bisa kita lakukan untuk mencintai keduanya.
Mau yang gak ribet? Bisa! modal sedikit, kepuasan sebukit. Jadikan kertas-kertas atau kardus bekas yang ada dikamarmu sebagai barang kerajinan. Saya juga sudah mencoba. Intinya, kertas bekas pakai jangan sampai terbuang percuma, ya!
Lalu buku, kau tetap dapat membelinya kapan pun kau mau. Tak ada yang sia-sia jika kau menghabiskan uangmu untuk membeli buku. Saya pun selalu menyisakan uang saya untuk membeli buku, kok. Sampai rak buku saya yang belum genap setengah tahun sudah penuh lagi dengan buku. Boros? Tidak sama sekali. Saya selalu menghemat pengeluaran untuk membeli hal-hal yang kurang penting, baju, tas, sepatu, jajanan agar bisa membeli buku.
Saya selalu berpikir,bukankah akan menyenangkan ketika kita tua nanti, kita mempunyai koleksi banyak buku untuk ditunjukkan ke anak-anak kita ? Bukan sekedar barang usang atau cerita usang di masa muda kita. Pun saya bercita-cita memiliki suami yang sama-sama gila buku. Agar ketika kami menikah, koleksi buku kami pun ikut kami ijab qabul kan. Beranak pinaklah buku-buku kami. Keren sekali!
Di dalam buku juga banyak dongeng-dongeng yang menyuruh kita mencintai pohon. Ingat kisah pohon apel dan seorang pemuda? Itu salah satu kisah favorit saya.
Nah intinya, sesuatu yang berlawanan tetap bisa kita cintai dengan adil, kok.
Walaupun saling mematikan tetap bisa saling mencintai, bukan?
0 komentar:
Posting Komentar