Perlahan bocah kecil itu membuka matanya, mengerjap beberapa kali, lalu ia menyadari dimana ia tidur semalaman ini. Senandung tembang Jawa terdengar dari arah jendela kamarnya. Suaranya syahdu, seolah mengajak semesta bermain diantara cengkok-cengkok tembang khas Jawa tersebut. Lir-ilir Lir-ilir tandure wis sumulir tak ijo royo-royo..
Bocah itu lalu beranjak dari amben, ia berjalan menghampiri Bude nya yang sedang membuat kipas bambu, memperhatikan dengan saksama kelincahan tangan Bude nya yang hampir berusia setengah abad itu. Menyadari dirinya diperhatikan, Laksmita, nama Bude bocah itu tersenyum, lalu ia menepuk pelan tempat kosong disebelahnya, mempersilahkan bocah itu duduk disampingnya. Dengan bersemangat bocah itu langsung duduk disebelah Budenya. Laksmita menepuk pelan kepala bocah itu. Pandangannya sayu menatap sang bocah yang sedang tersenyum-senyum sambil memainkan bambu-bambu yang akan dibuat kipas.
"Kowe iki ayu, nduk," Ucap Laksmita pelan.
Sang bocah kemudian mengambil kipas bambu setengah jadi yang tadi sedang dikerjakan Laksmita. Ia lalu membolak-baliknya sebentar lalu menyodorkannya lagi kepada Laksmi. Ia merengek-rengek pelan, tandanya bahwa ia ingin Laksmi melanjutkan perkerjaanya membuat kipas bambu. Laksmi lalu mengerjakannya lagi, dan beberapa saat ia membiarkan bocah itu hanya memperhatikan tangannya yang menari diantara pilinan bambu. Setelah kipas bambu itu selesai, Laksmi lalu menyerahkannya kepada bocah itu.
"Ini hadiah untuk kamu,"
Bocah itu tersenyum sumringah mendengar kata-kata Budenya. Sejenak kemudian ia langsung berlari menuju rumah Sita, tetangganya yang juga merupakan teman sebayanya. Ia mengetuk pelan pintu rumah Sita.
"Lho, kamu. Ayo sini masuk, mamaku habis memasak kakap bumbu kuning kesukaanmu, lho!," Ucap Sita bersemangat. Ia langsung menggandeng bocah itu masuk kedalam rumah. Sebuah rumah yang besar, kontras sekali dengan rumah Bude Laksmi yang hanya cukup menampung bocah itu, Pakde, Bude dan sepupunya, Agung yang kini telah masuk ke Perguruan Tinggi.
Mereka berdua masuk ke sumber aroma kakap bumbu kuning berasal. Dapur.
Disana ada Shinta, Ibu dari Sita. Shinta tersenyum melihat muka anak-anak itu yang terlihat sangat menginginkan masakannya. Ia lalu menggoda kedua bocah yang mulai menginjak masa pubertas itu.
"Kalian boleh makan kalau kalian berhasil membuat sebuah surat cinta untuk Ibu,"
"Yah, kalau itu sih jelas dia yang menang, Ma." Ucap Sita protes.
"Kan ini bukan lomba, Nduk. Cuma bikin beberapa kalimat saja. Lagipula Mama lihat kamu juga suka menulis seperti dia. Waktunya 5 menit, ya,"
Akhirnya selama beberapa saat mereka berkutat dengan pensil dan kertas yang diberikan oleh Shinta. Setelah akhirnya mereka selesai dengan puisinya masing-masing, mereka langsung menyerbu kakap bumbu kuning yang telah tersaji di meja makan.
Shinta melihat satu per satu kalimat yang ditulis oleh Sita, ia tersenyum membaca puisi yang dibuat Sita untuknya. Lalu ia membaca puisi yang dibuat oleh bocah itu untuk ibunya. Satu kalimat, dua kalimat, perlahan Shinta tak bisa menahan air matanya. Segera ia meninggalkan dapur agar kedua bocah itu tak melihatnya menangis.
Setelah selesai membaca surat bocah itu untuk ibunya, Shinta segera melipatnya dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam amplop kecil, dan menyimpannya di dalam sebuah kotak.
"Ibuk.. Rima rindu ibuk. Ibuk sekarang dimana? Dimana pun ibuk berada, Rima selalu merindukan ibuk. Kata Bude Laksmi, terakhir kali Rima bertemu Ibuk saat Rima masih berumur 3 tahun. Ibuk.. Mungkin ibuk sedang bahagia disana. Ibuk, kelak jika ibuk bertemu Rima, Ibuk jangan bersedih ya. Setahun lalu Rima sakit demam tinggi.. Kata Dokter, karena demam itu, syaraf Rima ada yang rusak. Sekarang Rima tidak bisa bicara, Buk. Tidak ada suara yang bisa keluar dari mulut Rima. Tapi Ibuk tenang saja, Rima tak dikeluarkan dari sekolah, Rima masih bisa sekolah dimanapun Rima mau. Ibuk, cepat pulang ya. Rima ingin bertemu, kata Sita, semua Ibu adalah seorang yang paling menyayangi anaknya di dunia. Dan.. Rima ingin sekali bertemu Ibuk,"
Bersambung.
0 komentar:
Posting Komentar